Gempa Megathrust Picu Tsunami 20 Meter Pantai Selatan, Ditandai Muncul Makhkluk Aneh Ini ke Darat

- 2 Januari 2021, 15:31 WIB
Ikan Oarfish yang terdampar di sebuah pantai dikaitkan dengan adanya ancaman tsunami besar
Ikan Oarfish yang terdampar di sebuah pantai dikaitkan dengan adanya ancaman tsunami besar /kartika mahayadnya/ISTIMEWA

KENDALKU – Ancaman tsunami setinggi 20 meter di Pantai Selatan Jawa akibat gempa megathrust dibeberkan oleh riset pakar ITB dalam jurnal Nature Scientific Report pada 17 September 2020.

Dalam jurnal dan riset itu bahkan memprediksi jika efek dari gempa megathrust akan menimbulkan gelombang Tsunami setinggi 12 meter Pantai Selatan Jawa Timur dan 20 meter di Pantai Selatan Jawa Barat.

Menjadi kekhawatiran karena belum ada satu alat yang bisa memprediksi kapan akan terjadi gempa bumi megathrust sampai saat ini.

Bahwa perlu diwaspadai karena sebagian besar tsunami yang terjadi di dunia dipicu oleh gempa bumi.

Baca Juga: Roy Suryo Ungkap Durasi Panjang Video Syur Gisel dan MYD Michael Yukinobu Defretes

Hal tersebut pernah disampaikan oleh Kepala BMKG Prof. Dwikorita Karnawati, saat kegiatan Indian Ocean Wave Exercise 20 (IOWave20), Oktober 2020 lalu.

IOWave20 dilaksanakan sesuai dengan Guideline UNESCO No.105. Untuk pelaksanaan IOWave telah disepakati 3 skenario tsunami untuk IOWave20 yaitu di Sunda Trench (Indonesia), Andaman Trench (India), dan Makran Trench (Iran).

Pada IOWave20 itu, Indonesia berpartisipasi dalam skenario Sunda Trench, khususnya di selatan Pulau Jawa dengan gempabumi magnitudo M9.1 dengan kedalaman 10 km.

Dwikorita menerangkan, sistem informasi gempabumi dan peringatan dini tsunami telah dibangun di Indonesia sejak tahun 2008.

Baca Juga: Ada BST Rp 300 Ribu Cair 4 Januari 2021, Ketahui Syarat dan Cek Penerima di dtks.kemensos.go.id

Dengan memasang ratusan jaringan sensor gempabumi yang diperkuat dengan Internet of Things (IoT), Super Computer dan Artificial Intelliget (AI), dan dilengkapi dengan Pemodelan Matematis .

Bertujuan untuk memantau kejadian gempabumi dan memprediksi potensi kejadian tsunami sebagai akibat dari gempabumi tersebut. Sistem Peringatan Dini ini dirancang terutama untuk mengantisipasi kejadian gempabumi megathrust dengan skenario waktu kedatangan tsunami dalam waktu 20 menit.

Maka, kata Dwikorita perlu diperkuat sistem mitigasi gempabumi dan tsunami mengingat hingga saat ini belum ada teknologi yang mampu memprediksi kapan terjadinya gempabumi.

"Selalu waspada dan siap apabila sewaktu-waktu terjadi gempabumi dan tsunami. Kita harus selalu berlatih agar kita terampil cekatan, tidak canggung, tidak panik, dan tahu apa yang harus dilakukan seandainya terjadi gempabumi dan tsunami," katanya, saat kegiatan Indian Ocean Wave Exercise 20 (IOWave20), Oktober 2020, mengutip bmkg.go.id.

Baca Juga: Ganjar Pranowo Beri Penghormatan Terakhir pada Habib Ja’far Al Kaff di Bandara Ahmad Yani Semarang

"Kejadian gempabumi sebelum tahun 2017 rata-rata hanya 4000-6000 kali dalam setahun, yang dirasakan atau kekuatannya lebih dari 5 sekitar 200-an. Namun setelah tahun 2017 jumlah kejadian itu meningkat menjadi lebih dari 7000 kali dalam setahun. Bahkan tahun 2018 tercatat sebanyak 11920 kali kejadian gempa. Ini namanya bukan peningkatan, tapi sebuah lonjakan," jelas Dwikorita.

Namun begitu,mesk hingga saat ini belum ada teknologi yang mampu memprediksi kapan terjadinya gempabumi megathrust yang bisa menyebabkan tsunami 20 meter, fenomena alam akan datangnya tsunami rupanya bisa dilihat dari tanda-tanda alam lainnya.

Salah satu tanda alam dengan menunjukan muncul fenomena mahluk laut aneh yang akan muncul saat bencana tsunami akan datang.

Kemunculan mahluk aneh ini tidak banyak orang yang tahu, karena akan dianggap hewan laut saja.

Baca Juga: Presiden Jokowi Gratiskan Biaya Pembuatan SIM, Cek Syarat dan Cara Dapat SIM Gratis

Kerena, mahluk ini tidak pernah muncul ke permukaan apalagi darat pesisir pantai. Bentuk fisik mahluk ini juga asing.

Jika mahluk ini muncul sampai ke darat maka segeralah informasikan ke pihak berwajib seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), SAR, Polisi atau siapa saja yang ditemui dipinggir pantai, segera menghindar dan evakuasi.

Bahkan banyak orang yang percaya jika kemunculan makhluk mengerikan dari laut  dalam ini memiliki keakuratan bagus dengan adanya prediksi terjadinya gempa dan Tsunami.

Ada yang bilang jika tingkat keakuratan lebih tinggi dibanding mesin seismograf ataupun pendeteksi tsunami moderen yang ada saat ini.

Baca Juga: MenkopUKM Teten Beberkan Syarat, Cara Daftar Penerima Banpres BPUM UMKM 2021, Cek di Artikel Ini

Artikel ini telah tayang di Jurnal Presisi dengan judul:Jika Ikan Ini Terlihat di Pantai, Segera Kabur, Karena Tsunami Dahsyat Akan Datang”.

Dapat dibuktikan jika makhluk aneh dan asing tersebut adalah Oarfish (Regalecus Glesne). Spesies ikan laut yang hidup di laut dalam. Dan binatang ini telah lama dipercaya dapat mendeteksi kehadiran bencana yang berasal dari dalam laut.

Binatang ini berentuk ikan yang memiliki bentuk tubuh yang panjang menyerupai Sea Serpent, makhluk ini juga dianggap sebagai perwujudan naga air dalam mitologi Jepang dan dijuluki "ryugu no tsukai" yang bermakna Sang pembawa pesan Raja Laut.

Bukan tanpa alasan Oarfish mendapat julukan demikian. Sejarah telah mencatatkan bahwa kemunculan ikan ini di pesisir pantai selalu disusul dengan kehadiran bencana Dahsyat seperti gempa bumi dan bahkan tsunami.

Baca Juga: Cara Cek Calon Penerima Vaksin Covid-19, Cukup Login Pakai NIK KTP di PeduliLindungi.id

Perilaku Oarfish yang terbilang sakti tersebut ternyata dapat dijelaskan dari kacamata sains, terutama dari pergerakan dahsyat gempa megathrust dari dalam laut.

Sebagai ikan laut dalam, Oarfish tentu bisa merasakan apabila terjadi pergerakan lempeng bumi dengan skala besar di dasar laut. Pergerakan lempeng tersebut membuat Oarfish gelisah dan akhirnya naik ke permukaan.

Kemunculannya ke permukaan pun dianggap sebagai pesan untuk umat manusia, bahwa ada bencana dahsyat yang akan menerjang mereka. Rachel Grant, seorang Profesor Biologi Kelautan dari Universitas Anglia Ruskin di Cambridge, menuturkan bahwa perilaku ajaib dari Oarfish tersebut dapat dibuktikan secara teoritis.

Jadi apabila anda melihat seekor Oarfish berenang di perairan dangkal dekat pantai, hubungi pihak berwajib dan bersegeralah mengungsi karena tak lama setelahnya, bencana dahsyat seperti Gempa dan tsunami akan datang.

Baca Juga: Syarat, Cara Daftar, dan Cek Penerima di eform.bri.co.id/bpum, Banpres BPUM UMKM Lanjut 2021

Sementara itu, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo Gubernur Ganjar meminta daerah-daerah di Pantau Selatan di Jateng untuk memetakan daerah berpotensi terdampak tsunami. Kemudian, daerah tersebut didorong untuk menjadi Desa Tangguh Bencana.

Ancaman tsunami 20 meter menurut hasil penelitian ITB karena adanya tumpukan megatrust bawah laut yang menyebabkan gelombang tsunami.

“Maka kita akan identifikasi seluruh desa yang ada di wilayah selatan untuk kita siapkan semua harus menjadi desa tangguh bencana,” kata Ganjar, saat paparan Potensi Risiko Tsunami Selatan Jawa dan Diskusi Rencana Kegiatan Pengurangan Risiko Bencana di Kabupaten Cilacap, di kantornya, Senin 28 Desember 2020.

Ganjar menjelaskan, simulasi dapat dilakukan dengan dua cara yakni pemetaan area yang terkena megathrust. Ganjar kemudian mencontohkan wilayah Cilacap yang telah mengidentifikasi 55 desa rawan terdampak tsunami.

Baca Juga: Birikut Cara Daftar dan Syarat Dapat Bansos BST PKH Rp 300 Ribu dari Kemensos, Ketahui di Sini

“Potensi itu ternyata luar biasa di wilayah selatan, nah dari cerita potensi megathrust yang di selatan itu, ternyata bisa kita simulasikan,” kata Ganjar.

Di sisi lain, Ganjar juga mencatat saran yang diberikan oleh para ahli dari ITB yakni untuk menerapkan green belt.

Maka, lanjut Ganjar, pihaknya akan mendorong Pemda di wilayah potensi terdampak tsunami untuk menanam bibit pohon tertentu yang dapat mengurangi dampak tsunami.

“Tadi disampaikan agar kita menyiapkan greenbelt dengan tanam pandan laut yang bisa dipkai sebagai front line,” ujarnya.

Baca Juga: Ganjar Pranowo Mengenang Habib Ja’far Al Kaff, Pernah Dilarang Makan Anggur

Ganjar mengatakan, beberapa daerah yang diidentifikasi berpotensi terdampak tsunami namun tak memiliki dataran tinggi juga akan didorong untuk membuat area penyelamatan artifisial atau buatan.

“Kita perlu mengidentifikasi beberapa daerah untuk membuat rescue-rescue area dan building. Bisa bangunan atau semacam bukit yang secara artificial itu bisa dibuat sehingga orang nanti bisa lari (ke sana) menyelamatkan (diri),” tegas Ganjar.*** (Daafa Alhaqqy/Jurnal Presisi)

Editor: Ambar Adi Winarso

Sumber: BMKG Jurnal Presesi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah