Gunung Merapi Siaga, Terdeteksi Ada Dua Kantong Magma

18 November 2020, 14:15 WIB
Aktivitas hembusan asap putih Gunung Merapi. ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho/hp. /Aloysius Jarot Nugroho/ANTARA FOTO

KENDALKU - Gunung Merapi saat ini masih dalam status siaga. Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida, saat ini terdeteksi adanya dua kantong magma.

Dua kantong magma menjadi penyuplai utama material jika nantinya Gunung Merapi mengalami erupsi.

“Pertama, kantong magma dangkal kurang lebih 1,5-2 km dari puncak merapi. Kedua, kantong magma dalam yang jaraknya kurang lebih 5 km dari puncak Gunung Merapi. Dari posisi hiposenter gempa vulkanik saat ini dapat disimpulkan ada dua kantong magma di Gunung Merapi,” tutur Hanik dalam siaran persnya, Selasa 17 November 2020.

Menurut catatan BPPTKG, sampai status Gunung Merapi berubah menjadi siaga level tiga, belum terdeteksi intensitas gempa vulkanik dalam (VA) masih di angka 0.

Baca Juga: Menteri Airlangga: Jadikan E-commerce UMKM Sokong Pemulihan Ekonomi Nasional

Hal itu menjadikan kondisi yang berbeda jika dibandingkan pada erupsi pertama tahun 2010. Waktu itu, gempa vulkanik dalam bisa mencapai tujuh kali.

“Dengan kondisi tersebut mengindikasikan jika tidak ada suplai magma baru dari dalam perut Merapi, sekaligus menjadi salah satu indikasi kemungkinan erupsi 2020 ini tidak akan seperti tahun 2010,” ujarnya.

“Pada aktivitas merapi tahun 2020, gempa vulkanik dalam terakhir yang muncul adalah pada tanggal 25 September 2020 lalu,” tambahnya.

Selain itu, suara guguran juga terdengar oleh masyarakat karena adanya tekanan dari dalam tubuh gunung berapi itu.

Baca Juga: Kabar Gembira, Guru Honorer Pendidikan Agama Buddha dan Konghucu Akan Dapat Subsidi Gaji Rp1,8 Juta

Baca Juga: Survei Masih Ada Penolak, Jokowi: Simulasi Vaksinasi Jadi Sosialisasi Masyarakat Mau Divaksin

Dia menjelaskan guguran terjadi saat ada tekanan magma ke permukaan. Dengan demikian, berbagai material yang ada pada puncak Gunung Merapi gugur karena tidak stabil.

“Karena tidak stabil itulah maka material yang ada di atas jatuh (ngglundhung) sehingga menimbulkan suara gemuruh,” tutunya. ***

Editor: Ade Lukmono

Sumber: PMJ News

Tags

Terkini

Terpopuler