Sabdo Palon Muncul Saat Gunung Merapi Meletus, 2021 Saat Ini Ramalan Jayabaya 500 Tahun Lalu

- 7 Januari 2021, 10:52 WIB
Guguran lava pijar gunung Merapi teramati dari kamera CCTV pada pukul 18.47 dan 19.11 WIB 5 Januari 2021
Guguran lava pijar gunung Merapi teramati dari kamera CCTV pada pukul 18.47 dan 19.11 WIB 5 Januari 2021 /Twitter @BPPTKG

KENDALKU – Di ramalkan oleh Jayabaya jika Sabdo Palon akan muncul saat Gunung Merapi Meletus.

Kemunculan Sabdo Palon dalam ramalan itu tercatat pada 500 tahun lalu saat ini, di rentang tahun 2020-2030.

Gunung Merapi meletus jadi salah satu tanda dalam ramalan Jayabaya 500 tahun lalu tentang Sabdo Palon nagih janji pada tanah Jawa.

Pada Kamis 7 Januari 2021, peningkatan aktivitas Gunung Merapi terjadi erupsi dengan mengeluarkan guguran lava pijar dan suara gemuruh.

Baca Juga: Komnas HAM Dalami 8.000 Potongan Video Kasus Penembakan Laskar FPI di Jalan Tol

Apakah akan ada keterkaitan antara ramalan Jayabaya dengan nagih janji Sabdo Palon pada tanah Jawa?

Sabdo Palon adalah Raja Majapahit yang sangat marah karena Prabu Brawijaya V menyerah kekusasaan kepada Demak, dia pun berjanji akan mengambil alih Jawa setelah 500 tahun/ sekitar tahun 2020-2030.

Mengutip Lingkar Madiun dengan judul “Ramalan Jayabaya 2021, Tanda-Tanda Sabdo Palon Nagih Janji di Tanah Jawa”, zaman kalasuba, keemasan Indonesia menjadi tanda–tanda kedatangan sabdo palon, seperti penjelasan berikut.

Sabdo Palon Datang Membantu Anak Cucu di Tanah Jawa

Baca Juga: Gunung Merapi Erupsi Pagi Ini, Suasana Puncak Berawan

Sabdo Palon matur sugal, ”Yen kawula boten arsi, Ngrasuka agama Islam, Wit kula puniki yekti, Ratuning Dang Hyang Jawi, Momong marang anak putu, Sagung kang para Nata, Kang jume­neng Tanah Jawi, Wus pinasthi sayekti kula pisahan.

Sabdo Palon menjawab kasar, ”Hamba tak mau masuk Islam Sang Prabu, sebab saya ini raja serta pembesar Dang Hyang se tanah Jawa. Saya ini yang membantu anak cucu serta para raja di tanah jawa. Sudah digaris kita harus berpisah.”

Sabdo Palon Akan Menyebarkan Agama Budha

Klawan Paduka sang Nata, Wangsul maring sunya ruri, Mung kula matur petungna, Ing benjang sakpungkur mami, Yen wus prapta kang wanci, Jangkep gangsal atus tahun, Wit ing dinten punika, Kula gantos kang agami, Gama Buda kula sebar tanah Jawa.

Artinya, berpisah dengan Sang Prabu kembali ke asal mula saya. Namun Sang Prabu kami mohon dicatat. Kelak setelah 500 tahun saya akan mengganti agama Budha lagi (Kawruh Budi), saya sebar seluruh tanah Jawa.

Baca Juga: Gunung Merapi Keluarkan Guguran Lava Pijar 9 Kali dengan Jarak Luncur hingga 500 Meter

Sabdo Palon Muncul Saat Gunung Merapi Meletus

Sinten tan purun nganggeya, Yekti kula rusak sami, Sun sajekken putu kula, Berkasakan rupi-rupi, Dereng lega kang ati, Yen durung lebur atempur, Kula damel pratandha, Pratandha tembayan mami, Hardi Merapi yen wus njeblug mili lahar.

Artinya, bila ada yang tidak mau memakai, akan saya hancurkan. Menjadi makanan jin setan dan lain-lainnya. Belum legalah hati saya bila belum saya hancur leburkan. Saya akan membuat tanda akan datangnya kata-kata saya ini. Bila kelak Gunung Merapi meletus dan memuntahkan laharnya.

Akan Ada Bau Tidak Sedap

Ngidul ngilen purugira, Ngganda banger ingkang warih, Nggih punika medal kula, Wus nyebar agama budi, Merapi janji mami, Anggereng jagad satuhu, Karsanireng Jawata, Sadaya gilir gumanti, Boten kenging kalamunta kaowahan.

Baca Juga: Facebook Didenda Jutaan Euro Karena Jiplak Aplikasi Lokal Italia

Artinya, lahar tersebut mengalir ke Barat Daya. Baunya tidak sedap. Itulah pertanda kalau saya datang. Sudah mulai menyebarkan agama Buda. Kelak Merapi akan bergelegar. Itu sudah menjadi takdir Hyang Widi bahwa segalanya harus bergantian. Tidak dapat bila diubah lagi.

Bahaya Akan Tersebar Di Tanah Jawa

Semar dan punakawan lain. Semar identik dengan Sabdo Palon. Semar dan punakawan lain. Semar identik dengan Sabdo Palon. Bebaya ingkang tumeka, Warata sa Tanah Jawi, Ginawe kang paring gesang, Tan kenging dipun singgahi, Wit ing donya puniki, Wonten ing sakwasanipun, Sedaya pra Jawata, Kinarya amertandhani, Jagad iki yekti ana kang akarya.

Artinya, bahaya yang mendatangi tersebar seluruh tanah Jawa. Itu sudah kehendak Tuhan tidak mungkin disingkiri lagi. Sebab dunia ini ada ditanganNya. Hal tersebut sebagai bukti bahwa sebenarnya dunia ini ada yang membuatnya.

Tanah Jawa Semakin Rusak

Warna-warna kang bebaya, Angrusaken Tanah Jawa, Sagung tiyang nambut karya, Pamedal boten nyekapi,Priyayi keh beranti, Sudagar tuna sadarum, Wong glidhik ora mingsra,Wong tani ora nyukupi, Pametune akeh serna aneng wana.

Baca Juga: Hukuman Kebiri bagi Pelaku Kekerasan Seksual Terhadap Anak, Begini Kata Polisi

Artinya, bermacam-macam bahaya yang membuat tanah Jawa rusak. Orang yang bekerja hasilnya tidak mencukupi. Para priyayi banyak yang susah hatinya. Saudagar selalu menderita rugi. Orang bekerja hasilnya tidak seberapa. Orang tanipun demikian juga. Penghasilannya banyak yang hilang di hutan.

Banyak Kejahatan Terjadi

Bumi ilang berkatira, Ama kathah ingkang ilang, Cinolong dening sujanmi, Pan sisaknya nglangkungi, Karana rebut rinebut, Risak tetaning janma, Yen dalu grimis keh maling, Yen rina-wa kathah tetiyang ambegal.

Artinya, bumi sudah berkurang hasilnya. Banyak hama yang mnyerang. Kayupun banyak yang hilang dicuri. Timbullah kerusakan hebat sebab orang berebutan. Benar-benar rusak moral manusia. Bila hujan gerimis banyak maling tetapi bila siang hari banyak begal.

Baca Juga: Facebook Didenda Jutaan Euro Karena Jiplak Aplikasi Lokal Italia

Banyak Musibah Yang Menyebar

Heru hara sakeh janma, Rebutan ngupaya bukti, Tan ngetang angering praja, Tan tahan perihing ati, Katungka praptaneki, Pageblug ingkang linangkung, Lelara ngambra-ambra. Waradin saktanah Jawi, Enjing sakit sorenya sampun pralaya.

Artinya, manusia bingung dengan sendirinya sebab rebutan mencari makan. Mereka tidak mengingat aturan Negara sebab tidak tahan menahan keroncongannya perut. Hal tersebut masih berjalan disusul datangnya musibah pagebluk yang luar biasa. Penyakit tersebar merata di tanah Jawa. Bagaikan pagi sakit sorenya telah meninggal dunia.*** (Aisyah Rahmatul Fajrin/Lingkar Madiun)

Editor: Ambar Adi Winarso


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah