Arti Gunungan Wayang yang Mirip Logo Label Halal Kemenag Terbaru, Begini Penjelasannya

13 Maret 2022, 13:41 WIB
Arti Gunungan Wayang yang Mirip Logo Label Halal Kemenag Terbaru, Begini Penjelasannya /Twitter @mahasiswigenz

KENDALKU - Simak penjelasan apa arti gunungan wayang Jawa yang tengah ramai dibahas di medsos karena mirip logo Label Halal Kemenag.

Anda yang mencari tahu apa arti gunungan wayang Jawa yang mirip Label Halal bisa simak di bawah ini informasinya.

Penjelasan apa filosofi arti gunungan wayang Jawa telah dirangkum lengkap bagi Anda semuanya.

Jagat media sosial kini tengah ramai dengan logo Label Halal terbaru yang diterbitkan oleh Kementerian Agama menggantikan logo halal MUI.

Baca Juga: LABEL HALAL TERBARU BPJPH Kemenag Berlaku Mulai 1 Maret 2022 Sebagai Bentuk Jaminan Produk Halal

Banyak yang mengaitkan logo Label Halal Kemenag mirip dengan gunungan wayang yang sudah ada sejak lama.

Dilansir berbagai sumber, Gunungan adalah struktur/karya berbentuk kerucut atau segitiga (bagian atas meruncing) yang terinspirasi dari bentuk gunung (api).

Gunungan memiliki banyak fungsi dalam pertunjukan wayang, karena itu, terdapat banyak penggambaran yang berbeda-beda.

Pada fungsi standar, yaitu sebagai pembuka dan penutup suatu babak pertunjukan, tergambar dua hal pada dua sisi yang berbeda.

Pada salah satu sisi, di bagian bawah terdapat gambar pintu gerbang yang dijaga oleh dua raksasa yang memegang pedang dan perisai.

Baca Juga: 4 Rekomendasi Merk Mie Ramen Instan Terenak Khas Jepang dan Korea yang Halal Untuk Dikonsumsi Muslim

Itu melambangkan pintu gerbang istana, dan pada waktu dimainkan gunungan dipergunakan sebagai istana.

Di sebelah atas gunung terdapat pohon kehidupan (kalpataru) yang dibelit oleh seekor ular naga. Pada cabang pohon digambarkan beberapa binatang hutan, seperti harimau, banteng, kera, dan burung.

Gambar gunungan secara keseluruhan menggambarkan keadaan di dalam hutan belantara.

Sisi ini melambangkan keadaan dunia beserta isinya. Pada sisi sebaliknya, digambarkan kobaran api menyala-nyala. Ini melambangkan kekacauan dan neraka.

Sebelum wayang dimainkan, gunungan ditancapkan di tengah-tengah layar, condong sedikit ke kanan yang berarti bahwa lakon wayang belum dimulai, bagaikan dunia yang belum beriwayat.

Setelah dimainkan, Gunungan dicabut, dijajarkan di sebelah kanan.

Gunungan dipakai sebagai tanda akan bergantinya lakon/tahapan cerita. Untuk itu gunungan ditancapkan di tengah-tengah condong ke kiri. Selain itu gunungan digunakan juga untuk melambangkan api atau angin.

Dalam hal ini sisi gunungan dibalik, di sebaliknya hanya terdapat cat merah-merah, dan warna inilah yang melambangkan api.

Gunungan juga dipergunakan untuk melambangkan hutan rimba, dan dimainkan pada waktu adegan rampogan, tentara yang siap siaga dengan bermacam senjata.

Dalam hal ini Gunungan bisa berperan sebagai tanah, hutan rimba, jalanan dan sebagainya, yakni mengikuti dialog dari dalang.

Setelah lakon selesai, Gunungan ditancapkan lagi di tengah-tengah layar, melambangkan bahwa cerita sudah tamat.

Gunungan ada dua macam, yaitu Gunungan Gapuran dan Gunungan Blumbangan. Gunungan Blumbangan digubah oleh Sunan Kalijaga dalam zaman Kerajaan Demak.

Kemudian pada zaman Kartasura digubah lagi dengan adanya Gunungan Gapuran. Gunungan dalam istilah pewayangan disebut Kayon.

Kayon berasal dari kata Kayun. Gambar gunungan mengandung ajaran filsafat yang tinggi, yaitu ajaran mengenai kebijaksanaan.

Semua itu mengandung makna bahwa lakon dalam wayang berisikan pelajaran yang tinggi nilainya.

Hal ini berarti bahwa pertunjukan wayang juga berisi pertunjukan wayang juga berisi ajaran filsafat yang tinggi.

Demikian apa arti gunungan wayang Jawa yang viral di media sosial yang mirip Label Halal Kemenag telah dirangkum lengkap.***

Editor: Heru Fajar

Tags

Terkini

Terpopuler