Gus Dur Sang Pembuka Jalan Terjal Wayang Potehi Dapat Pengakuan

29 Januari 2021, 19:33 WIB
Sejarah bertahan wayang potehi di Indonesia cukup terjal dan penuh lika-luku perjalanan pengakuannya sampai sekarang. /Ambar Adi Winarso/Kendalku.com/

KENDALKU – Sejarah bertahan wayang potehi di Indonesia cukup terjal dan penuh lika-luku perjalanan pengakuannya sampai sekarang.

Populernya kembali wayang potehi tak lepas dari tokoh mantan presiden RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.

Waktu Gus Dur menandatangani Instruksi Presiden No.6/2000, menyatakan jika masyarakat Tionghoa bebas mengekspresikan budaya dan telah menjadi bagian dari budaya nasional termasuk wayang potehi.

Sebelumnya, pada masa orde baru (1966-1988) wayang potehi sempat dimainkan secara sembunyi-sembunyi oleh para warga tionghoa.

Baca Juga: Ganjar Pranowo Minta Siswa Tidak Bosan Belajar di Rumah

Wayang potehi atau wayang Cina merupaka seni permainan tangan (Poo) dan kain (Tay) yang kini eksis kembali di Indonesia.

Wayang potehi biasanya akan ramai dipertunjukan pada hari besar China, terutama perayaan Tahun Baru Imlek.

Kini wayang potehi populer kembali, terutama sebagai pusatnya ada di Jombang Jawa Timur.

Selain itu, wayang potehi  ada juga ada di Depok Jawa Barat, yang dilestarikan oleh para pelaku seni.

Baca Juga: Sherina Geram Kucing Dibantai dan Dijual Dagingnya

Uniknya, pelaku seni baik dalang maupun sanggar dikelola oleh orang Jawa bukan keturunan Tinghoa.

Sementara itu, pelaku seni sekaligus dalang wayang potehi dari Jombang Jawa Timur, Toni Harsono, mengaku pertunjukan wayang potehi penuh dengan lika-liku.

Meski kini sudah bebas digelar dimana saja tanpa harus sembunyi-sembunyi seperti saat dulu.

Kini bisa dipertunjukan tidak sebatas di lingkungan klenteng, namun di tempat umum lainnya sudah bisa dimainkan.

Baca Juga: Jadwal dan Syarat Pendaftaran Program 5000 Petani Milenial Jawa Barat

“Dulu itu hanya dimainkan di klenteng, karena pertunjukan untuk dewa. Kini sudah bebas di mana saja,” kata Toni, saat ditemui beberapa waktu lalu.

Saat ini, dia kerap mendapat pesanan pementasan, bisa dari perusahaan, masyarakat hajatan, sampai acara keagamaan.

Saat mendapat job pementasan bersama grupnya Fu He An, akan membawa perlengkapan seperti panggung kecil pementasan, wayang potehi, dan soundsystem.

“Cukup repot tapi menyenangkan karena sudah bisa tampil secara umum.” Tutur dia.

Baca Juga: Kumpulan Kalimat Ucapan Selamat Tahun Baru Imlek 2021, Sederhana Penuh Doa

Durasi pementasan juga saat ini bebas sesuai permintaan dari pemesan acara. Bisa satu jam atau bahkan kurang.

Padahal, dulu saat untuk pementasan yang hanya di klenteng bisa dimainkan berjam-jam bahkan sampai berminggu-minggu.

“Dulu di klenteng bisa berhari-hari karena pertunjukan untuk dewa, menghadap ke klenteng tidak membelakangi,” kata dia.

Perjuangan tak sampai di situ untuk melestarikan wayang potehi ini, saat ini, kata dia, keberadaan dalang wayang potehi makin berkurang. Bahkan di Indonesia bisa dihitung dengan jari saja.

Baca Juga: Waspada, Ini 4 Merek Masker Wajah Tidak Miliki Izin BPOM, Silakan Lapor Jika Ada Keluhan

“Kira-kira 13 sampai 15 dalang, pusatnya ada di Jombang. Potehi Indonesia merupakan masih asli karena kita tidak merubah pakemnya, beda dengan Singapura, Thailand dan negara lainnya,” katanya.

Meski demikian, saat ini dia sudah cukup terbantu atas bantuan berupa Mobil Wayang Potehi Keliling dari pegusaha tionghoa, pemilik pabrik Marimas.

Mobil itu membantunya saat pementasan nantinya, tidak lagi bongkar pasang panggung namun sudah bisa pentas dari atas mobil tersebut.

Mobil bantuan itu berbentuk jenis boks yang dimodifikasi dengan diberi panggung kecil potehi pada bagian belakang, lalu ada dua kursi untuk dalang serta perlengkapan soundsytem.

“Cita-cita saya keliling Nusantara melestarikan wayang potehi. Tidak perlu bongkar pasang yang menghabiskan banyak waktu dan tenaga," katanya.

Baca Juga: 5 Cara Mudah Merawat Ikan Cupang yang Benar Supaya Tetap Cantik dan Sehat

Menurut dia, jarang para pengusaha peduli akan kelestarian budaya kesenian, termasuk wayang potehi yang sudah mengakulturasi dengan budaya Jawa.

“Saya sudah sampaikan ke banyak pengusaha tetapi hanya bapak Harjanto Halim yang menyambut dengan baik,” ungkap Toni Harsono.

Direktur Marimas Putera Kencana, Harjanto Halim, mengaku merasa terpanggil untuk melestarikan budaya wayang potehi. Kata dia, wayang potehi memiliki nilai sosial yang tinggi.

“Wayang Potehi akarnya dari Tionghoa ternyata sekarang hampir semua dalangnya sudah bukan orang Tionghoa tetapi orang Jawa dan mereka malah lebih paham ritual-ritualnya potehi dan sejenisnya,” kata Harjanto Halim.

Baca Juga: Gong Xi Fat Cai Bukan Ucapan Selamat Tahun Baru Imlek, Ini Arti Sesungguhnya

Dari situ, menurut Harjanto Halim, Wayang Potehi juga menunjukkan arti toleransi yang sebenarnya.

Di mana wayang potehi yang berasal dari budaya China namun kini yang menjaga kelestarian adalah orang suku Jawa dan lainnya.

“Karena masyarakat Tionghoa sendiri bahkan tidak paham. Sebuah budaya bukanlah milik etnis tertentu tetapi bisa dipelajari dan dijalankan oleh siapapun dari etnis manapun,” kata Harjanto Halim. ***

Editor: Ambar Adi Winarso

Tags

Terkini

Terpopuler