4 Pola Pendidikan Nabi Ibrahim As kepada Nabi Ismail As yang Harus Ditiru

- 16 September 2021, 21:30 WIB
4 Pola Pendidikan Nabi Ibrahim As Kepada Nabi Ismail As yang Harus Ditiru
4 Pola Pendidikan Nabi Ibrahim As Kepada Nabi Ismail As yang Harus Ditiru /pixabay/
KENDALKU - Berikut ini adalah empat pola pendidikan Nabi Ibrahim kepada sang buah hati Nabi Ismail yang harus ditiru.
 
Kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail selalu dikaitkan dengan peringatan Idul Adha, yaitu Qurban. 
 
Pada kesempatan kali ini, kita akan menghadirkan beberapa keteladanan kisah dari keduanya. Yaitu pola pendidikan yang diberikan Nabi Ibrahim kepada buah hatinya Nabi Ismail.
 
 
Kisah ini dimuat dalam Al-Qur'an yang artinya “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar,” (QS. Ash-Shaffat [37]: 102).
 
Sebagai seorang ayah, Nabi Ibrahim As terlihat sebagai pendidik yang penuh kasih sayang, demokratis, dan menjadi teladan.
 
Demikian halnya dengan Nabi Ismail As yang juga tampil sebagai sosok anak salih, santun, dan penuh hormat kepada orangtuanya.
 
Keduanya mencontohkan bagaimana proses pendidikan itu berlangsung dan hasil pendidikan yang diterima Nabi Ismail As sebagai seorang anak.
 
 
Jika ditelusuri, pola pendidikan Nabi Ibrahim As antara lain lebih mengutamakan hal-hal berikut ini, dirangkum Kendalku dari buku berjudul Bunga Rampai Senjata Penganjur & Pemimpin Islam:
 
Pertama: Tauhid
 
Seluruh rasul yang diutus Allah ‘Azza wa Jalla membawa risalah tauhid, tak terkecuali Nabi Ibrahim As.
 
Tauhid menjadi landasan pertama dakwah Nabi Ibrahim As. karena memang tauhid harus menjadi tujuan hidup manusia di dunia, yakni tidak menyembah sesuatu selain Allah yang menciptakan, mengatur, dan memelihara alam semesta.
 
Hal ini menjadi semakin penting karena Tauhid akan menjadi penggerak terhadap cara berpikir manusia, bertindak, serta berperilaku.
 
Kedua: Keteladanan
 
Salah satu metode pendidikan yang diberikan Nabi Ibrahim As. adalah keteladanan. Kesalehan Nabi Ibrahim As. menjadi teladan yang dapat dicontoh oleh anak-anaknya. 
 
Bahkan tak hanya itu, Allah ‘Azza wa Jalla menjadikan Nabi Ibrahim As. sebagai teladan bagi umatnya dalam hal menunaikan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangannya. 
 
Begitu juga dengan akhlak beliau yang sangat mulia, menjadi referensi yang mesti ditiru oleh umat setelahnya.
 
Kepatuhan Nabi Ismail As. terhadap perintah Allah ‘Azza wa Jalla merupakan hasil dari keteladanan Nabi Ibrahim As. 
 
Ibarat pepatah, buah jatuh tak jauh dari pohonnya, begitulah sikap Nabi Ismail As. yang ketakwaannya merupakan hasil dari bimbingan dan keteladanan bapaknya, Nabi Ibrahim As.
 
Ketiga: Dialog
 
Satu hal yang nampak jelas dalam QS. Ash-Shaffat:102 di atas adalah adanya dialog antara Nabi Ibrahim As. dan Nabi Ismail As.
 
Begitulah sejatinya hubungan bapak dan anak, yakni sering berdialog dengan cara-cara yang baik. 
 
Kita pun dapat mencontohkan sikap Nabi Ibrahim As. yang menanyakan terlebih dahulu kesediaan Nabi Ismail As. untuk mengikuti perintah Allah ‘Azza wa Jalla.
 
Sebagai orangtua, kadang kita lebih mementingkan ego dibandingkan membuka ruang dialog. Orangtua lebih sering memaksakan kehendaknya meski belum tentu apa yang diperintahkan orangtua disukai anak-anaknya.
 
Dari dialog tersebut kita pun dapat melihat bagaimana seorang anak dapat memahami betapa ayahnya mendapat perintah Allah yang begitu berat. 
 
Lalu dengan segala kerendahan hatinya dan tak lupa menyebut kata insya Allah, Ismail berusaha meyakinkan ayahnya untuk mentaati perintah Allah tersebut.
 
Keempat: Doa
 
Keberhasilan Nabi Ibrahim As. memiliki Nabi Ismail As. sebagai anak salih, tentu saja, melibatkan Allah ‘Azza wa Jalla sebagai Sang Maha Pencipta. 
 
Sadar akan besarnya intervensi Tuhan dalam setiap langkah kehidupannya, Nabi Ibrahim As. selalu mengedepankan sikap pasrah dengan berdoa kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
 
Doa memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam, antara lain karena doa merupakan kunci kebaikan dan penutup pintu kejelekan, mendatangkan manfaat dan menolak berbagai malapetaka. 
 
Doa adalah kekuatan terbesar di muka bumi, obat yang paling manjur, dan kekuatan terbesar bagi seseorang untuk memecahkan masalah pribadinya. 
 
Begitu pentingnya doa, maka para orang tua maupun guru hendaknya menjadikan doa sebagai bagian tak terpisahkan dari proses pendidikan. 
 
Di samping doa, Nabi Ibrahim As. juga mengajarkan agar doa selalu diikuti oleh usaha yang maksimal.
 
Demikian empat pola pendidikan Nabi Ibrahim yang diberikan kepada buah hatinya Nabi Ismail, sehingga Nabi Ismail menjadi pribadi yang baik dan mulia.***

Editor: Afrilila Indah Sidqiani


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x