Network
KENDALKU - Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Bandara Internasional Soekarno-Hatta pada Rabu dini hari.
Edhy Prabowo ditangkap bersama anggota keluarganya dan menjalani pemeriksaan intensif di Gedung KPK Jakarta.
Berdasarkan informasi, Edhy Prabowo ditangkap bersama istrinya saat pulang dari Amerika Serikat.
“OK, nanti diekspose detilnya,” kata Wakil Ketua KPK, Nurul Ghufron sebagaimana dikutip dari ANTARA, Rabu 25 November 2020.
Baca Juga: Pulang Dari AS Menteri KKP Edhy Prabowo ditangkap di Bandara Soetta
Namun KPK juga belum memberikan informasi detil terkait kasus apa sehingga Edhy Prabowo ditangkap oleh KPK.
“Maaf, selebihnya nanti saja. Saya masih dalam perjalanan ke kantor,” tambah Nurul Ghufron.
Sesuai KUHAP, KPK mempunyai waktu 1x24 jam untuk menentukan status pihak-pihak yang ditangkap tersebut.
Baca Juga: Timnas Indonesia U-19 Masuk Grup Neraka, Berhadapan dengan Iran dan Tuan Rumah Uzbekistan
Pengamat sektor kelautan dan Direktur Eksekutif Pusat Kajian Maritim untuk Kemanusiaan, Abdul Halim menyatakan kebijakan ekspor benih lobster perlu ditata ulang karena diduga terkait dengan kabar penangkapan Edhy Prabowo.
"Indikasinya mengarah kuat ke kasus ekspor benih lobster," kata dia.
Dia mengatakan, asas praduga tak bersalah harus dikedepankan. KPK juga diminta membongkar kasus setransparan mungkin.
Baca Juga: Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo Ditangkap KPK Tadi Malam
"Pihak yang bersalah dihukum sesuai aturan yang berlaku, dan bisa menjadi hikmah untuk perbbaikan tata kelola lobster dan perikanan secara umum di Indonesia dan harus diorientasikan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, khususnya pembudidaya lobster dalam negeri," katanya.
Dia menambhakan, sejak awal Edhy Prabowo sebenarnya sudah diingatkan terkait dengan kontroversi ekspor benih lobster. ***
