Nasib Terlantar Binatang-Bintang Sirkus di Eropa Krisis Pakan Imbas Pandemi

- 28 November 2020, 18:53 WIB
Tak Hanya Bioskop, Pentas Sirkus pun Kini Bisa Disaksikan dengan Cara Drive-in
Tak Hanya Bioskop, Pentas Sirkus pun Kini Bisa Disaksikan dengan Cara Drive-in /Facebook

KENDALKU - Pandemi Covid-19 masih menghinggapi kawasan Benua Biru Eropa. Aktivitas ekonomi seperti para pekerja sirkus juga paceklik bahkan terhenti.

Mereka kini menghadapi krisis yang lebih mengerikan, selain memikirkan kelangsungan hidup para pekerjanya juga para binatang-binatang sirkus yang mulai terlantar.

Aktivitas mereka terhenti karena tidak ada izin menggelar pertunjukan antar negara di Eropa.

Nasib keberlangsungan seni sirkus sedikit belum pasti karena tidak ada kebijakan subsisdi ekonomi bagi mereka.

Baca Juga: Bukan Tesla, Ini Perusahaan Indonesia Buka Pabrik Kendaraan dan Baterai Listrik di Jateng

Tampil hanya sesekali dengan pembatasan penonton juga tak mampu berbuat banyak demi mencukupi kebutuhan personel dan binatang-binatang.

Binatang-binatang eksotis terkurung di padang kecil, pemain akrobat tak bisa bebas bergelantungan, dan para badut tidak bisa membuat penonton tertawa lagi.

Beberapa sirkus masih bertahan terutama mereka yang memang melegenda dan cukup kuat bertahan meski tak tahu sampai kapan.

Salah satunya kelompok Sirkus Zavatelli, yang tidak beroperasi, setidaknya untuk sementara akibat pandemi Covid-19.

Baca Juga: Tiga Kali Walikota Cimahi Ditangkap KPK, Ridwan Kamil Sebut Peristiwa Buruk

Sirkus yang dikelola keluarga Prancis ini menunggu pandemi di tempat parkir di Gembloux, kota di Belgia, dan dalam waktu singkat kekurangan dana dalam memberi makan para binatang.

"Bagi kami, tidak bisa ke mana-mana sangat menyulitkan karena kami tidak bisa bekerja. Tidak ada pemasukan," kata direktur sirkus Kevin Dubois kepada Reuters, melansir Antara Sabtu 28 November 2020.

Jika saat normal, Sirkus Zavatelli biasanya memasang tenda besar berkapasitas 600 orang di 30 kota setiap tahun. Namun, mereka tidak bisa menggelar pertunjukan secara maksimal sejak kasus Covid-19 mulai muncul di Eropa pada Maret.

Mereka hanya bisa tampil di hadapan penonton yang kapasitasnya dikurangi, atau sama sekali tidak bekerja di tengah pembatasan wilayah di Belgia selama musim semi dan musim gugur.

Baca Juga: Modus Kwitansi Fiktif, Walikota Cimahi Ajay Diduga Terima Suap Rp 1,6 Miliar

Sirkus ini biasanya menghadirkan penampilan para pemain sulap dan ahli akrobat, badut, dan penampil yang berjalan di atas tali, dan binatang-binatang seperti unta, llama, kerbau, dan kuda poni.

Namun, kini para staf tinggal di trailer di tempat parkir, berlatih agar tetap terampil dalam sesi latihan luar ruangan di tengah udara musim gugur yang segar.

Para binatang ditempatkan di dalam kandang di bawah tenda bergaris merah putih, dengan jerami berserakan di atas permukaan tanah tempat parkir.

"Terus terang, ini jadi masalah karena kami harus memberi makan 60 ekor binatang," kata Dubois.

Baca Juga: Guru dan Tenaga Media Gratis Masuk Lawang Sewu Pakan Ini

Biaya makan untuk hewan mencapai sekitar 500 euro setiap pekan. Sirkus ini juga harus membiayai hidup 23 staf sirkus.

"Kami tidak tahu bagaimana caranya memenuhi kebutuhan," kata dia.

Sirkus Zavatelli adalah satu dari tiga sirkus keluarga yang sudah ada sejak 1800 dan dulunya dikenal sebagai Cirque de Paris.

Dua sirkus lainnya, Armanzo dan Anderland, dimimiliki keluarga yang sama, juga berada di lokasi sewaan di Gembloux, sekitar 50 km di selatan Brussels.

Baca Juga: Pelatihan Berakhir, Relawan Baznas Tanggap Bencana Kendal Punya Kemampuan Water Rescue

Meskipun sirkus bisa pulang ke Prancis, mereka masih belum diizinkan tampil di sana.

Sama seperti Prancis, Belgia juga sedang memberlakukan pembatasan wilayah kedua sejak pandemi melanda Eropa pada Februari.

Meski toko-toko diperkirakan akan kembali dibuka, acara seperti sirkus di Belgia belum boleh beroperasi hingga pemberitahuan lebih lanjut.

Dubois menyayangkan kurangnya dukungan keuangan dari negara.

Baca Juga: Kendal Segera Terapkan TPA Sampah Darupono Teknologi Sanitary Landfill

"Kami belum pernah menerima bantuan keuangan (dari pihak berwenang). Banyak orang memberi kami roti, wortel, mereka membawakan kami benih, jerami. Tapi dalam hal uang, kami tidak mendapatkan apa-apa," kata Dubois. ***

Editor: Ambar Adi Winarso

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah