Moeldoko: Pemerintah Tak Hanya Memikirkan Buruh Tapi Juga Memikirkan yang Perlu Mendapatkan Kerja

- 21 Oktober 2020, 10:33 WIB
Kepala Staf Kantor Kepresidenan (KSP) Moeldoko
Kepala Staf Kantor Kepresidenan (KSP) Moeldoko /instagram/dr_moeldoko

KENDALKU - Kepala Staf Kantor Kepresidenan (KSP) Moeldoko menilai, masyarakat terlalu nyaman dengan aturan-aturan lama, sehingga merasa sulit untuk menerima aturan baru.

Hal itu disampaikan Moeldoko saat menjadi pembicara dalam acara Indonesia Lawyer Club, Senin (20/10) malam. Dia menjelaskan, pemerintah saat ini mencari titik kesimbangan baru untuk menghadapi tantangan global yang selalu berubah.

Termasuk UU Omnibus Law, adalah salah satu upaya untuk mencari titik keseimbangan baru yang lebih baik.

Baca Juga: Hasil Pertemuan Menhan Prabowo dengan Esper, AS Siap Bantu Modernisasi Pertahanan RI

Mantan Panglima TNI ini mengaku, berdasarkan pendaftaran kartu pra kerja, jumlahnya selalu mengalami peningkatan. Contohnya tiga hari yang lalu baru 33 juta, sekarang sudah 34,2 juta. Hal ini menurut dia, menunjukan bahwa banyak orang yang masih memerlukan pekerjaan.

"Sebenarnya, negara bukan memikirkan buruh semata, tapi juga memikirkan orang-orang yang perlu mendapatkan pekerjaan. Di belakang buruh juga banyak yang antri mendapatkan pekerjaan," jelasnya.

Untuk itu kata dia, UU Ombibus Law akan memberikan kepastian hukum, tidak hanya untuk investasi tetapi untuk siapa pun. Dimana reformasi birokrasi diperpendek agar tidak berbelit-belit.

Baca Juga: Selain Jokowi, Ini Daftar Tokoh Indonesia yang Diabadikan Menjadi Nama Jalan di Negara Lain

Dijelaskannya, tantangan yang dihadapi adalah perubahan yang sangat cepat dan sering mengejutkan, sehingga dibutuhakn regulasi yang juga mampu mengahadapi tantangan yang terjadi.

Kita tidak boleh stagnan dalam sebuah situasi. Kita harus berubah menghadapi situasi karena tantangannya juga berubah.

Sebagaimana diberitakan Pikiran-Rakyat.com dengan judul "Bicara soal Omnibus Law UU Cipta Kerja, Moeldoko: Jangan Jadi Bangsa yang Terpenjara Masa Lalu" Moeldoko menyebut Indonesia harus menjadi bangsa yang mandiri tetapi 'acceptable dengan berbagai hal baru dari luar sekalipun'.

Baca Juga: Dapat Kuota Sedikit, Vaksinasi Corona Tahap Awal di Jateng Prioritaskan Nakes dan Petugas Lapangan

"Berikutnya, terbuka untuk perbaikan. Kita harus menjadi bangsa yang terbuka. Enggak boleh kita terlalu yakin, 'Kita cukup seperti ini'," tegasnya.

Terakhir, ia pun menyebut bangsa Indonesia harus memiliki passion alias gairah terhadap keindonesiaannya.

"Ini lima hal yang menurut saya sangat cocok, ya. Perlu kita pikirkan dan renungkan bersama agar bangsa ini betul-betul bisa memperbaiki dirinya menuju sesuatu yang bagus," pungkas Moeldoko.***

(Mahbub Ridhoo Maulaa/Pikiran-Rakyat.com)

Editor: Andik Sismanto

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x