“Dampak polarisasi adalah pemikiran yang dikotomis, kita dan mereka. Konteks yang bisa hidup adalah kita lawan mereka. Kita berlomba-lomba dengan kelompok mereka. Tidak ada duduk bersama (diskusi),” ujar dia. Cara berfikir seperti inilah yang tanpa disadari memunculkan perpecahan.
Oleh karena itu, lanjut Anita, penting bagi generasi muda untuk terbiasa berfikir kritis. Selain itu juga harus membiasakan diri untuk mengecek setiap informasi yang didapat.
“Demokrasi kita cenderung tergerus di sosial media, yang muncul cenderung perang bukan lagi diskusi,” tambahnya.
Lebih lanjut Rektor UPNVY, Moh Irhas Effendi mengemukakan peran perguruan tinggi dalam mewujudkan mahasiswa sebagai agen ketahanan nasional.
Menurut dia hal ini tidak terlepas dari era disrupsi (perubahan yang sangat cepat) yang ada di depan mata. Perguruan tinggi harus memahami tantangan dan peluang sehingga mampu menyiapkan lulusan yang memiliki jiwa tangguh.
“Perlu ada penguatan karakter dan literasi baru,” imbuh dia.
Dekan FISIP UPNVY, Machya Astuti Dewi dalam sambutannya mengutarakan kegiatan ini digelar sebagai wujud komitmen lembaga dalam menginternalisasikan nilai-nilai bela negara.
“Makna kegiatan hari ini penting mengingat ancaman di bidang tradisional, seperti terorisme, narkoba, pandemi, dan lain-lain. Kita berharap peran pemuda untuk menghadapi berbagai persoalan yang mengancam kita,” papar dia.
Berbeda dengan kegiatan sebelumnya, kegiatan kali ini melibatkan tujuh universitas mitra FISIP UPNVY.
Panitia juga mengundang perwakilan mahasiswa dari universitas mitra untuk mempresentasikan gagasannya tentang peran pemuda sebagai agen ketahanan nasional.