Seramnya Mendaki Gunung Sumbing di Malam Jumat Kliwon dari Sumar Adi Wijaya, Temukan Beragam Kejanggalan

- 5 Oktober 2021, 18:00 WIB
Seramnya Mendaki Gunung Sumbing di Malam Jumat Kliwon dari Sumar Adi Wijaya, Temukan Beragam Kejanggalan
Seramnya Mendaki Gunung Sumbing di Malam Jumat Kliwon dari Sumar Adi Wijaya, Temukan Beragam Kejanggalan /

KENDALKU - Simak cerita dari Sumar Adi Wijaya yang mendaki Gunung Sumbing di malam Jumat Kliwon.
 
Kisah yang diceritakan ini, Sumar Adi Wijaya alami ketika mendaki Gunung Sumbing di tahun 2014 via Garung.
 
Sumar Adi Wijaya tidak tahu jika ia dan ketiga temannya mendaki Gunung Sumbing di malam Jumat Kliwon.
 
 
Awal mendaki Gunung Sumbing Sumar Adi Wijaya sudah menemui kejanggalan ketika di basecamp.
 
Dilansir Kendalku dari akun YouTube Prasodjo Muhammad yang tayang 6 bulan lalu, Sumar Adi Wijaya menjelaskan kejanggalannya ketika mendaki Gunung Sumbing.
 
Sumar berangkat dengan ketiga temannya untuk mendaki Gunung Sumbing ketika libur semester. Ia berangkat dari Jakarta menuju Purwokerto dengan kereta api.
 
Sesampai di Purwokerto Sumar beserta ketiga temannya yakni Arif, Ambon dan Engko menumpang pick up sayur hingga Banjarnegara.
 
 
Dari Banjarnegara mereka menaiki kendaraan umum sampai di bawah basecamp Garung.
 
Berjalan kurang lebih 1 kilometer, Sumar dan tiga temannya sampai di basecamp Garung dan memutuskan melaksanakan pendakian di hari berikutnya.
 
"Anehnya ketika gue sampai di basecamp itu bener-bener sepi, nggak ada pendaki lain selain kita, gue tanya petugas basecamp juga tidak ada yang akan mendaki ke Gunung Sumbing," ujar Sumar.
 
Sumar juga mengatakan bahwa biasanya ada pendaki yang mengabari ingin melakukan pendakian jauh-jauh hari, dan itu tidak ada sama sekali.
 
Hari berikutnya, yang rencana awal akan melakukan pendakian pukul 08.00 pagi, karena kondisi hujan deras Sumar memutuskan menunda pendakian sampai hujan berhenti.
 
Pukul 11.30 mereka memutuskan untuk berangkat menuju Pos 1, Sumar dan Ambon berjalan kaki, sedangkan Arif dan Engko naik ojek.
 
Perjalanan berlanjut dari pos satu ke pos dua. Mereka berjalan dengan posisi rapat Ambon berada di depan Engko dan Arif di tengah dan Sumar dibelakang.
 
Di tengah perjalanan Sumar kebelet untuk buang air kecil dan memutuskan untuk berhenti, sedangkan ketiga temannya melanjutkan perjalanan.
 
Ketika berada di jalan cabang Sumar mendengar kata Ambon yang menyuruhnya melewati jalur kiri. Padahal yang terjadi adalah Ambon berjalan di lajur kanan.
 
Kejanggalan mulai terjadi ketika Sumar tidak menemukan ketiga temannya dan justru bertemu dengan salah seorang Kakek.
 
Berbincang-bincang hingga setengah jam Kakek tersebut memberikan singkong dan ubi kepada Sumar yang dibungkus dengan plastik berwarna hitam.
 
Sebelum pergi Kakek tersebut memberikan wejangan kepada Sumar untuk berhati-hati dan meminta tolong untuk plastik hitam tersebut dibawa turun lagi.
 
Sumar pun melanjutkan perjalanan, namun semakin lama ilalang semakin rapat, ia yakin bahwa jalan ini bukanlah jalan yang sering dilewati pendaki.
 
Sumar tetap nekat dan melanjutkan perjalanan, hingga akhirnya bertemu dengan ketiga temannya.
 
"Posisinya waktu itu gue dibawah dan mereka di atas kayak tebing gitu," jelasnya.
 
Sumar naik dengan menggunakan tali dengan dibantu Ambon. Setelah sampai di atas Sumar langsung dipeluk Ambon.
 
Ambon bingung kenapa Sumar bisa berada dibawah, padahal sebelumnya pamit ingin mencari camp di pasar watu. Sebelumnya Ambon juga melihat Sumar berada di belakangnya.
 
Kejanggalan terjadi lagi, hingga akhirnya mereka memutuskan untuk bermalam di tempat tersebut.
 
Tenda di bangun setelah itu mereka membuat makanan, Sumar dan Ambon bercanda gurau sedangkan kedua temannya tertidur.
 
Kejanggalan terjadi lagi ketika Ambon tiba-tiba menyuruh Sumar untuk menutup tenda.
 
"Mar tutup mar tutup," kata Ambon dengan suara keras dan terlihat ketakutan.
 
Hal tersebut terjadi hingga tiga kali, namun Ambon tidak mau mengatakan apa yang dilihat kepada Sumar.
 
Setelah itu mereka kembali mengalihkan perhatian dan terdengar suara gong.
 
"Dum dum dum," jelas Sumar.
 
Sumar mengatakan suaranya samar-samar, setelah suara itu berhenti terdengar lagi suara gong yang saling bersahutan seperti suara gamelan.
 
Suara tersebut mendekati tenda dan semakin jelas terdengar. Namun Sumar dan Ambon saling mengalihkan perhatian. 
 
Puncaknya adalah ketika suara tersebut tak kunjung berhenti mereka mencoba tidur, dan Sumar menyuruh Ambon untuk membaca sholawat serta surat yang ia bisa.
 
Lagi, kejanggalan terjadi saat alarm tiba-tiba berbunyi secara bersamaan padahal posisi hp pada malam harinya dalam keadaan mati. Sumar pun kaget apalagi melihat kondisi Ambon saat ia bangun menari-menari sendiri tangannya.
 
Selain itu ketika Sumar, Engko dan Arif tidur, Ambon ternyata tidak tidur dan ia justru berbincang dengan seorang pendaki wanita hingga jam 2 malam. Sumar 
 
Ketika ditanya Sumar Ambon menceritakan bahwa ia hanya ingin menjaga Sumar, Engko dan Arif.
 
Mereka mencoba melupakan kejadian yang terjadi dan melanjutkan perjalanan hingga puncak gunung.
 
Saat berada di jalan mereka bertukar formasi, Sumar berada di depan dan posisi jalan selalu rapat.
 
Tiba-tiba Sumar melihat sosok wanita yang diceritakan oleh Ambon dengan posisi duduk. Sumar memanggilnya namun sosok perempuan itu tetap diam saja. Sumar pun menghampirinya dan mencoba meraih bahu si perempuan, namun Ambon teriak memanggil Sumar dan menyadarkannya bahwa tidak ada siapapun disitu.
 
Ambon kembali memeluk Sumar dan menangis. Sekali lagi Ambon telah menyelamatkan hidup Sumar.
 
Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan sampai ke puncak. Engko dan Arif berfoto sedangkan Sumar dan Ambon membuat kopi sambil membuka ubi dan singkong yang ada pada plastik hitam.
 
Saat membuka plastik hitam Sumar kaget karena isinya adalah pembalut yang masih baru, ada darah dan bau anyir.
 
Menyadari adanya kejanggalan lagi Sumar menyuruh ketiga temannya untuk bergegas turun.
 
Diperjalanan turun ada kejanggalan lagi, Arif ingin buang air kecil dan tempatnya sama persis disaat Sumar menemukan si perempuan berjaket pink yang diceritakan Ambon.
 
Sumar mencoba mengingatkan tapi Arif sudah terlanjur buang air kecil. Tak lama kemudian tiba-tiba kondisi Arif drop dan akhirnya ditandu oleh Ambon.
 
Begitu juga Engko yang kakinya sakit ditandu oleh Sumar. Engko berinisiatif mencari kayu sebagai tongkat untuk membantunya berjalan. Tongkat yang ditemukan oleh Engko adalah tongkat yang dibawa oleh kakek-kakek yang ditemui Sumar.
 
Terjadi beberapa kejanggalan sampai akhirnya mereka tiba di basecamp. Disana mereka menceritakan semua kejanggalan yang terjadi.
 
Ambon pun mengaku bahwa ia melihat sosok besar hitam berada ditendanya, hingga akhirnya ia meminta Sumar untuk menutup tenda.
 
Kedua, Ambon melihat sosok perempuan berwarna putih jalan merayap seperti laba-laba.
 
Ketiga, Ambon melihat empat tangan mencoba masuk di tenda mereka.
 
Setelah berbincang-bincang dan bertanya kepada penjaga warung mereka baru menyadari bahwa saat melakukan pendakian ke Gunung Sumbing saat itu adalah malam Jumat Kliwon.
 
Ibu penjaga warung pun mengatakan bahwa setiap malam Jumat Kliwon, mitosnya di Gunung Sumbing memang ada acara besar yang dilakukan oleh makhluk tak kasat mata.
 
Itulah cerita seramnya mendaki di Gunung Sumbing pada saat Malam Jumat Kliwon.***

Editor: Afrilila Indah Sidqiani

Sumber: YouTube Prasodjo Muhammad


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah