Kenapa Bupati Sleman Positif Covid-19 Pasca Vaksinasi Covid-19, Ini Penjelasan Kemenkes

- 22 Januari 2021, 18:35 WIB
JURU bicara vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr Siti Nadia Tarmizi.
JURU bicara vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr Siti Nadia Tarmizi. /ANTARA/ Istimewa/

KENDALKU - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) akhirnya memberikan penjelasan kenapa Bupati Sleman Sri Purnomo bisa positif Covid-19 usai dilakukan vaksinasi pada 14 Januari 2021 lalu.

Juru Bicara Vaksin Covid-19 dari Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi menyebutkan Bupati Sleman Sri Purnomo bisa positif Covid-19 dimungkinkan karena sedang dalam masa inkubasi virus SARS CoV 2 pada saat divaksin sehingga membuatnya terinfeksi virus itu.

Nadia menegaskan bahwa Bupati Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta bukan terinfeksi Covid-19 yang disebabkan dari vaksin tersebut.

Menurutnya, vaksin Covid-19 hanya berisi virus yang dilemahkan sehingga hampir tidak mungkin menyebabkan seseorang terinfeksi.

Baca Juga: Tak Perlu Daftar, Penerima BLT BPJS Ketenagakerjaan Cair Januari 2021 Cek kemnaker.go.id

"Jika melihat 'sequence' waktunya, sangat mungkin pada saat Bupati divaksin beliau dalam masa inkubasi, di mana sudah terpapar virus tapi belum bergejala," kata Nadia dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Jumat 22 Januari 2021.

Bupati Sleman Sri Purnomo diketahui positif Covid-19. Padahal seminggu sebelumnya atau pada Kamis 14 Januari 2021 dirinya mendapatkan vaksin Covid-19 dosis pertama yang juga dilakukan oleh kepala daerah lain di daerahnya masing-masing.

"Secara alamiah waktu antara paparan dan munculnya gejala atau load virus sedang tinggi adalah sekitar lima sampai enam hari, di mana waktu yang pas, karena divaksin pada 14 Januari sementara hasil swab PCR positif tanggal 20 Januari," kata Nadia.

Namun Nadia menyebut kejadian kasus positif Covid-19 Bupati Sleman walau sudah divaksin tetap dilaporkan sebagai kasus KIPI atau kejadian ikutan pascaimunisasi.

Baca Juga: Celine Evangelista dan Stefan William Dikabarkan Ribut Pisah Rumah, Ini Pengakuan Sang Ibu

Nadia menekankan bahwa vaksinasi Covid-19 memang membutuhkan dua kali dosis penyuntikan agar sistem imun perlu waktu lewat paparan yang lebih lama untuk mengetahui bagaimana cara efektif melawan virus.

Suntikan pertama dilakukan untuk memicu respons kekebalan awal. Sementera suntikan kedua untuk menguatkan respons imun yang telah terbentuk. Hal ini memicu respons antibodi yang lebih cepat dan lebih efektif di masa mendatang.

Sejumlah vaksin seperti cacar air, hepatitis A, herpes zoster atau cacar ular juga memerlukan dua dosis vaksin untuk mencegah penyakit tersebut. Beberapa vaksin bahkan membutuhkan dosis lebih banyak seperti vaksin DPT untuk mencegah penyakit difteri, tetanus, dan pertusis.

Nadia menekankan proses pemberian vaksinasi tetap dilakukan seperti yang sudah ditargetkan.

Baca Juga: Polda Mau Terapkan Tilang Elektronik se Jateng, Gubernur Ganjar..Eiits Tunggu Dulu !

"Bagi seluruh masyarakat saya berpesan, dengan adanya vaksinasi kita juga masih punya kewajiban menjalankan protokol kesehatan. Karena selain tetap harus menjaga diri sendiri, juga masih dibutuhkan waktu untuk bersama-sama bagi seluruh masyarakat Indonesia untuk mencapai kekebalan kelompok. Sehingga upaya 3M, 3T dan vaksinasi harus tetap dijalankan," kata Nadia.***

Editor: Muhammad Nurrozikan

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah