Imlek 2021 Tiba, Ini Sejarah Wedang Ronde, Minuman Asli China Persembahan Untuk Dewa, Populer di Indonesia

31 Januari 2021, 12:57 WIB
Imlek 2021 Tiba, Ini Sejarah Wedang Ronde, Minuman Asli China Persembahan Untuk Dewa, Populer di Indonesia /Ambar Adi Winarso/Kendalku/

KENDALKU - Imlek 2021 segera tiba, wedang ronde menjadi salah satu kuliner minuman yang bakal tersedia saat sesajian Imlek.

Nama wedang ronde yang populer di Indonesia ternyata minuman khas asli China saat Tahun Baru Imlek.

Selain dijual bebas, wedang ronde menjadi salah satu jenis persembahan untuk dewa pada sesaji altar klenteng saat perayaan Tahun Baru Imlek.

Wedang ronde biasanya ada berjejer diantara aneka buah-buahan, aneka kembang dan jenis makanan lainnya sebagai persembahan kepada para dewa.

Baca Juga: Silahkan Klaim Kode Redeem FF Terbaru Senin 1 Februari 2021, Cek di Sini

Sejarah wedang ronde

Wedang ronde, minuman hangat aroma jahe ini memiliki sejarah panjang eksistensinya di Indonesia sampai saat ini.

Budayawan Tionghoa asal Semarang, Jongkie Tio, saat ditemui beberpa waktu lalu menceritakan sejarah wedang ronde tiba di Indonesia, sebagai minuman persembahan dewa saat Imlek.

Wedang ronde asli minuman asal China, di mana saat Imlek bertepatan dengan datangnya musim dingin di China

Musim dingin di China bisa sangat ekstrem, karena bisa menimbulkan kematian baik manusia, tumbuhan, maupun hewan.

Baca Juga: Kabar Terbaru Hanya 7 Bantuan Sosial Ini yang Diperpanjang Tahun 2021, BLT BPJS Ketenagakerjaan Termasuk?

Maka, untuk meminta keselematan dibuatlah sesajian kepada para dewa untuk menanggulangi musim dingin. Dengan sebuah sajian minuman hangat.

"Masyarakat Cina sangat khawatir dengan hawa dingin, membuat racikan dari bulatan ketan dan gula lalu dicampur dengan air jahe panas agar hangat saat diminum," kata Jongkie Tio.

Dari saat itu, kata Jongkie, masyarakat Cina lalu memberikan sesajian kepada para dewa saat Imlek guna meminta pertolongan agar Tuhan memberikan keselamatan saat musim dingin tiba.

"Imlek di Cina itu pas musim dingin, jadi dewa juga diberi sesajian minuman penghangat agar permintaan dapat disampaikan ke Tuhan untuk dikabulkan dari bahaya musim dingin," jelasnya.

Baca Juga: Banser Minta Polisi Proses Hukum Seadil-adilnya Dugaan SARA Abu Janda ke Natalius Pigai

Halal, diterima warga lokal

Sementara, penanggalan Imlek di Indonesia juga bersamaan dengan jatuhnya musim penghujan yang identik dengan hawa dingin pula. Imlek akan jatuh pada tanggal 12 Februari 2021.

Tutur Jongkie Tio, sejarah wedang ronde sampai di Nusantara cukup panjang, yakni sejak tahun 400 Masehi.

Di mana saat para saudagar Cina menginjakan kaki di tanah Aceh, Banten, dan Jawa. Untuk kepentingan bisnis perdagangan.

"Hawa di Nusantara hampir sama dinginnya di Cina, maka para saudagar itu juga memperkenalkan wedang ronde pada masyarakat lokal," katanya.

Baca Juga: Klik Link Live Streaming Konser Online BLACKPINK The Show di YouTube, Begini Cara Menontonnya

Masyarakat lokal bisa menerima wedang ronde karena terbuat dari bahan ketan dan gula, yang saat itu bisa dibilang halal bagi masyarakat lokal yang menganut Islam. 

Selain itu, bahan dasar wedang ronde sangat mudah ditemui di Nusantara yang kaya rempah seperti jahe, kacang dan lainnya.

"Kan jaman itu hubungan dagang dengan kerajaan Nusantara yang Islam, jadi wedang ronde mudah diterima. Jadilah minuman akulturasi, asal Cina cita rasa Indonesia," katanya.

Filosofi wedang ronde

Wedang ronde yang ada saat ini di Indonesia pun tak jauh beda dengan daerah asalnya. Jika di China nama aslinya minuman tangyuan.

Baca Juga: Jadwal Acara TV ONE Minggu 31 Januari 2021, Jangan Lewatkan Film Spesial Guru Bangsa

Berisi bulatan ketan yang berwarna merah, hijau, dan putih dengan di dalamnya juga diberi gula merah.

Ada air gula dan air jahe. Sedikit variasi, di Indonesia diberi taburan kacang tanah, roti, dan kolang kaling.

"Kalau di Cina namanya tangyuan, sampai Nusantara wedang ronde, bahan baku sama hanya sedikit tambahan taburan kacang, roti dan kolang kaling," jelasnya.

Jongkie Tio menjelasjan jika bahan-bahan membuat tangyuan atau wedang ronde memiliki arti filosofi. Sampai sekarang masih dianut oleh masyarakat China maupun peranakannya di Nusantara.

Baca Juga: Jadwal Acara Indosiar Minggu 31 Januari 2021, Suamiku Pintar Menyembunyikan Madunya

"Tiga bulatan ketan, warna merah dengan harapan memperoleh keberanian menghadapi musim dingin, warna hijau agar memperoleh karunia dan kebahagiaan. Bulatan ketan putih simbol hati menjadi bersih," kata Jongkie.

"Saat pengharapan itu sudah diraih, lalu sebarkan hasilnya dengan ucapan yang manis, yang disimbolkan gula di dalam bola-bola ketan itu," imbuh Jongkie.

Air jahe yang hangat sendiri diartikan sebagai rasa penghangat dalam mengahadapi musim dingin atau hujan.

Disajikan dalam mangkuk bulat

Wedang ronde atau tangyuan juga menjadi salah satu sajian wajib saat perayaan Cap Go Meh atau sepekan setelah Imlek.

Baca Juga: Jadwal Acara SCTV Minggu 31 Januari 2021, Cinta Mujur Tukang Bajigur, Love Story The Series

"Disajikan saat waktu berkumpulnya seluruh anggota keluarga setelah merayakan tahun baru Imlek," kata Jongkie Tio

Dalam penyajiannya, wedang ronde disajikan dalam mangkuk yang bulat dengan cara diaduk lebih dahulu agar menyatu rasa dan kehangatannya.

"Bulat adalah simbol keakraban, istilah Jawa yang mewakili ungkapan itu adalah guyub," ucap Jongkie Tio. ***

Editor: Ambar Adi Winarso

Tags

Terkini

Terpopuler