Lockdown Pulau Jawa, Sesuai Ramalan Jayabaya 500 Tahun Lalu: Pagebluk Luar Biasa Tersebar Merata di Tanah Jawa

27 Januari 2021, 16:35 WIB
Ilustrasi lockdown /

KENDALKU - Usulan lockdown Pulau Jawa datang dari Epidemolog (ahli penyakit pandemi) Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman.

Desakan itu karena belum ada perubahan dalam penanganan Covid-19 agar tidak bertambah parah, karena kini sudah mencapai 1 juta kasus.

Jika tidak bisa secara keseluruhan, Dicky meminta lockdown dilakukan di seluruh Pulau Jawa.

Sementara di Jateng masih masuk dalam zona merah pandemic Covid-19, bersama dengan wilayah lainnya di Pulau Jawa, seperti Jatim, Jabar dan DKI Jakarta.

Baca Juga: Korban Meninggal Akibat Gempa Sulawesi Barat Capai 105 Orang

Upaya desakan lockdown Pulau Jawa akibat wabah pendemi penyakit ini rupanya sesuai dengan ramalan Jayabaya 500 tahun lalu.

Di mana ramalan menyebutkan jika Pulau Jawa akan terjadi pagebluk luar biasa dan penyakit tersebar merata di tanah Jawa.

Lima ratus tahun lalu merupakan jarak rentang tahun antara 2020-2030, atau saat ini. Dan benar sedang terjadi wabah Covid-19.

Adaya pagebluk luar biasa juga akan menjadi tanda Sabdo Palon muncul di tanah Jawa, selain tanda bencana Gunung Merapi meletus yang juga terjadi di tahun ini.

Baca Juga: Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Warga Sempat Kaget Lari Keluar Rumah

Sabdo Palon adalah Raja Majapahit yang sangat marah karena Prabu Brawijaya V menyerah kekusasaan kepada Demak, dia pun berjanji akan mengambil alih Jawa setelah 500 tahun/ sekitar tahun 2020-2030.

Mengutip Lingkar Madiun dengan judul “Ramalan Jayabaya 2021, Tanda-Tanda Sabdo Palon Nagih Janji di Tanah Jawa”, zaman kalasuba, keemasan Indonesia menjadi tanda–tanda kedatangan sabdo palon, seperti penjelasan berikut.

Banyak Musibah Yang Menyebar

Heru hara sakeh janma, Rebutan ngupaya bukti, Tan ngetang angering praja, Tan tahan perihing ati, Katungka praptaneki, Pageblug ingkang linangkung, Lelara ngambra-ambra. Waradin saktanah Jawi, Enjing sakit sorenya sampun pralaya.

Artinya, manusia bingung dengan sendirinya sebab rebutan mencari makan. Mereka tidak mengingat aturan Negara sebab tidak tahan menahan keroncongannya perut. Hal tersebut masih berjalan disusul datangnya musibah pagebluk yang luar biasa. Penyakit tersebar merata di tanah Jawa. Bagaikan pagi sakit sorenya telah meninggal dunia.

Baca Juga: Menggiurkan, Harga Porang Sekarang Tembus Rp 1,5 Juta Per Kilogram

Sabdo Palon Datang Membantu Anak Cucu di Tanah Jawa

Sabdo Palon matur sugal, ”Yen kawula boten arsi, Ngrasuka agama Islam, Wit kula puniki yekti, Ratuning Dang Hyang Jawi, Momong marang anak putu, Sagung kang para Nata, Kang jume­neng Tanah Jawi, Wus pinasthi sayekti kula pisahan.

Sabdo Palon menjawab kasar, ”Hamba tak mau masuk Islam Sang Prabu, sebab saya ini raja serta pembesar Dang Hyang se tanah Jawa. Saya ini yang membantu anak cucu serta para raja di tanah jawa. Sudah digaris kita harus berpisah.”

Tanah Jawa Semakin Rusak

Warna-warna kang bebaya, Angrusaken Tanah Jawa, Sagung tiyang nambut karya, Pamedal boten nyekapi,Priyayi keh beranti, Sudagar tuna sadarum, Wong glidhik ora mingsra,Wong tani ora nyukupi, Pametune akeh serna aneng wana.

Artinya, bermacam-macam bahaya yang membuat tanah Jawa rusak. Orang yang bekerja hasilnya tidak mencukupi. Para priyayi banyak yang susah hatinya. Saudagar selalu menderita rugi. Orang bekerja hasilnya tidak seberapa. Orang tani pun demikian juga. Penghasilannya banyak yang hilang di hutan.

Baca Juga: Ramalan Jayabaya 500 Tahun Lalu, Bau Tak Sedap Arah Barat Daya Gunung Merapi, Tanda Sabdo Palon Muncul

Banyak Kejahatan Terjadi

Bumi ilang berkatira, Ama kathah ingkang ilang, Cinolong dening sujanmi, Pan sisaknya nglangkungi, Karana rebut rinebut, Risak tetaning janma, Yen dalu grimis keh maling, Yen rina-wa kathah tetiyang ambegal.

Artinya, bumi sudah berkurang hasilnya. Banyak hama yang menyerang. Kayupun banyak yang hilang dicuri. Timbullah kerusakan hebat sebab orang berebutan. Benar-benar rusak moral manusia. Bila hujan gerimis banyak maling tetapi bila siang hari banyak begal.

Sabdo Palon Akan Menyebarkan Agama Budha

Klawan Paduka sang Nata, Wangsul maring sunya ruri, Mung kula matur petungna, Ing benjang sakpungkur mami, Yen wus prapta kang wanci, Jangkep gangsal atus tahun, Wit ing dinten punika, Kula gantos kang agami, Gama Buda kula sebar tanah Jawa.

Artinya, berpisah dengan Sang Prabu kembali ke asal mula saya. Namun Sang Prabu kami mohon dicatat. Kelak setelah 500 tahun saya akan mengganti agama Budha lagi (Kawruh Budi), saya sebar seluruh tanah Jawa.

Baca Juga: Pemerintah Janji Benar-benar Perjuangkan Nasib Guru dan Tenaga Kependidikan Honorer

Sabdo Palon Muncul Saat Gunung Merapi Meletus

Sinten tan purun nganggeya, Yekti kula rusak sami, Sun sajekken putu kula, Berkasakan rupi-rupi, Dereng lega kang ati, Yen durung lebur atempur, Kula damel pratandha, Pratandha tembayan mami, Hardi Merapi yen wus njeblug mili lahar.

Artinya, bila ada yang tidak mau memakai, akan saya hancurkan. Menjadi makanan jin setan dan lain-lainnya. Belum legalah hati saya bila belum saya hancur leburkan. Saya akan membuat tanda akan datangnya kata-kata saya ini. Bila kelak Gunung Merapi meletus dan memuntahkan laharnya.

Akan Ada Bau Tidak Sedap

Ngidul ngilen purugira, Ngganda banger ingkang warih, Nggih punika medal kula, Wus nyebar agama budi, Merapi janji mami, Anggereng jagad satuhu, Karsanireng Jawata, Sadaya gilir gumanti, Boten kenging kalamunta kaowahan.

Artinya, lahar tersebut mengalir ke Barat Daya. Baunya tidak sedap. Itulah pertanda kalau saya datang. Sudah mulai menyebarkan agama Buda. Kelak Merapi akan bergelegar. Itu sudah menjadi takdir Hyang Widi bahwa segalanya harus bergantian. Tidak dapat bila diubah lagi. *** (Aisyah Rahmatul Fajrin/Lingkar Madiun)

 

 

Editor: Ambar Adi Winarso

Sumber: Lingkar Madiun

Tags

Terkini

Terpopuler