Erick Thohir Sebut Pfizer dan Moderna Tidak Masuk Kriteria Distribusi Rantai Dingin Vaksin

24 November 2020, 22:40 WIB
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir /Dhemas Reviyanto/ANTARA FOTO

KENDALKU - Teka-teki vaksin Covid-19 apa yang akan dibeli Indonesia mulai terungkap. Beberapa catatan dibuat oleh Erick Thohir selaku Ketua Pelaksana Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN).

Salah satunya, kata Erick Thohir menyebut jika vaksin Pfizer dan Moderna tidak akan dibeli pemerintah.

Erick Thohir mengungkapkan alasan pemerintah Indonesia tidak akan membeli vaksin dari Pfizer atau Moderna.

Yakni karena syarat penyimpanan dan distribusi dingin (cold chain) vaksin yang berbeda dengan produsen tersebut.

Baca Juga: Kemenkes Kirim Surat Edaran Persiapan Pelaksanaan Vaksinasi Daerah Diminta Siapkan Tempat dan SDM

Indonesia sendiri sudah berpengalaman dengan distribusi rantai dingin vaksin sampai pelosok, dimana suhu dingin itu berbeda karakter dengan vaksin milik Pfizer dan Moderna.

"Tentu sebagai catatan tambahan, vaksin yang akan dibeli pemerintah juga vaksin yang cold chain atau distribusinya friendly dengan distribusi kita, yaitu -2 sampai -8 derajat celcius," katanya dalam webinar Kesiapan Infrastruktur Data Vaksinasi COVID-19, Selasa 24 November 2020.

Erick menuturkan vaksin Pfizer membutuhkan suhu -75 derajat celcius, sementara vaksin Moderna membutuhkan suhu -20 derajat celcius dalam rantai distribusinya.

"Kenapa Pfizer dan Moderna belum bisa, karena cold chain-nya -75 dan -20 derajat celcius. Untuk negara seperti Amerika pun mereka akan ada transisi," jelasnya.

Baca Juga: Cegah Kerumuman Misa Natal di Temanggung Diusulkan Tiga Sesi Kebaktian dan 20 Persen Kuota Jemaat

Hal itu, kata Menteri BUMN akan susah payah membongkar sistem distribusi biasanya jadi -20 derajat. Dan akan membutuhkan waktu persiapan sekitar 3 tahun lagi.

"Ini akan menghambat distribusi yang biasa kita lakukan," tegasnya.

"Sistem distribusi kita sudah berjalan baik selama ini dengan -2 sampai -8 derajat celcius," imbuhnya.

Karenanya, Erick Thohir menegaskan, dengan alasan itulah pemerintah memilih produsen-produsen vaksin yang telah diputuskan dalam pengadaan untuk vaksinasi Covid-19.

Baca Juga: Indonesia Punya Pengalaman Jaga Suhu Dingin Distribusi Vaksin Sampai Pelosok

Ada pun vaksin pengadaan vaksin baik dari Sinovac, Novavax, maupun AstraZeneca, disebutnya telah memenuhi persyaratan tersebut.

Erick Thohir menjelaskan penentuan merk atau jenis vaksin Covid-19 berada di tangan Kementerian Kesehatan berdasarkan daftar yang ada di WHO dan telah melalui uji klinis 1 dan 2 tang datanya tersedia.

"Dan nanti ketika dipergunakan itu, BPOM yang keluarkan izin," katanya.

Oleh karena itu, Erick meminta publik tidak menilai pemerintah membeli merk vaksin tertentu karena alasan bisnis semata.

Baca Juga: Teka-Teki Indonesia Pakai Vaksin Mana, Jokowi: Saya Tak Sebut Merek, Tapi Wajib Terdaftar di WHO

Ia menegaskan pemerintah memilih produsen vaksin sesuai dengan kriteria dan kuantitas yang diperlukan.

Ia juga mengatakan kebutuhan vaksin Covid-19 di seluruh dunia mencapai 16 miliar dosis, namun hingga saat ini produksinya baru mencapai 4 miliar dosis.

"Karena itu kenapa pemerintah agresif sejak awal. Kita mau pastikan vaksin yang kita miliki dan vaksin merah putih disiapkan untuk jangka panjangnya tetapi juga yang sesuai dengan distribusi kita dan sesuai standard WHO yang sudah ada uji klinis 1-2 dan BPOM menerbitkan sesuai data-data yang ada," katanya. ***

Editor: Ambar Adi Winarso

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler