KENDALKU – Pegon, mungkin sudah tidak asing lagi terdengar oleh para santri dan santriwati di seluruh penjuru Indonesia.
Bagi santri dan santriwati pegon merupakan teman akrab. Karena setiap harinya mereka selalu bercengkrama dengan cara membaca, melantunkan serta menulis.
Namun siapa sangka, pegon merupakan buah atau akulturasi budaya Islam dan Jawa.
Hal ini disebabkan karena pemahaman masyarakat dalam mempelajari bahasa Arab, membaca tulisan Arab, dan melafalkannya dianggap masih kurang.
Para ulama Indonesia menjadikan pegon sebagai sarana komunikasi selama masa perkembangan Islam.
Tujuannya adalah memudahkan masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Jawa agar mudah menangkap informasi yang mereka dapat.
Arab Pegon, atau yang sering disebut dengan pegon saja adalah tradisi tulis menulis yang lazim digunakan dalam kegiatan pesantren untuk memahami dan mempelajari kitab-kitab berbahasa Arab.
Baca Juga: Surat An Nisa Ayat 3, Boleh Menikahi Wanita Sampai 4 Orang Asalkan Bisa Adil
Budaya tulis menulis di pesantren menggunakan bahasa Arab Pegon digunakan untuk berbagai hal. Misalnya; menulis arti di dalam kitab (maknani kitab gundul).
Hal ini menjadi salah satu bukti bahwa tulisan pegon telah dipakai oleh masyarakat Indonesia untuk menulis buku, roman, dan hikayat.
Cara penulisan huruf pegon berbeda dengan cara menulis aksara Jawa pada umumnya.
Huruf pegon ditulis dari kanan ke kiri dengan ejaan bahasa Jawa dan agak miring dari atas ke bawah. Jika aksara Jawa ditulis dari kiri ke kanan.
Itu semua merupakan warisan leluhur kita yang wajib kita lestarikan. Dan menjadi salah satu kekayaan bangsa kita.
Demikian artikel yang mengungkap bahwa pegon merupakan akulturasi budaya Islam dan Jawa.***