Network
KENDALKU – Avril Haines selaku Direktul Intelejen AS Nasional Amerika Serikat menyebut Afghanistan bukanlah negara teroris di tingkat atas.
Haines menjelaskan bahwa posisi Afghanistan berada jauh di bawah daftar prioritas setelah kedatangan pasukan Amerika selama dua dekade berakhir.
Direktur Intelejn AS itu menyebutkan bahwa negara berpotensi terdapat teroris dan menjadi ancaman terbesar bagi Amerika Serikat adalah Yaman, Somalia, Suriah dan Irak.
“Kami tidak memprioritaskan Afghanistan (pada daftar teratas). Apa yang kami lihat adalah Yaman dan Somalia, Suriah dan Irak. Di situlah kami melihat ancaman terbesar”, ucap Haines pada tayangan Straits Times, Selasa 14 September 2021.
Namun meski demikian, pihak Intel AS tetap fokus dalam memantau kemungkinan-kemungkinan munculnya rekonstruksi kelompok teroris di Afghanistan.
Dilansir dari media Pikiran Rakyat, Avril Haines mengatakan bahwa badan intelijen Amerika Serikat mengamati dengan cermat apakah kelompok teroris berpotensi muncul kembali di Afghanistan.
Akan tetapi, Haines juga menjelaskan bahwa Afghanistan tidak lagi menjadi perhatian utama perihal teroris yang dapat melakukan serangan di Amerika Serikat.
Setelah penarikan pasukan Amerika Serikat pada 31 Agustus 2021, Haines mengakui kurangnya intelijen yang mereka miliki.
Haines mengatakan bahwa kondisi Afghanistan sangat memilukan dan sangat pribadi bagi komunitas intelijen.
“Koleksi intelijen kami berkurang, dan itu adalah sesuatu yang harus kami persiapkan, dan kami telah mempersiapkannya, sejujurnya cukup lama,” ucap Haines memberikan penjelasan.
Pihak Amerika Serikat akan terus meningkatkan kesiapan badan intelijen nasional yang mereka miliki, terkhusus untuk hal ini.
Artikel ini sudah pernah tayang di Pikiran Rakyat com yang berjudul “Bukan Afghanistan, Bos Intel AS Sebut Negara Teror Teratas Adalah Yaman, Suriah, dan Somalia” pada 14 September 2021 06.30 WIB.
Demikian penjelasan mengenai Afghanistan yang dianggap bukan ancaman terbesar oleh Direktur Intelijen Amerika Serikat.***
