KENDALKU - Kepala Sekolah SMPN 1 Beoga, Junaedi Arung Sulele bercerita tentang kisahnya yang selamat dari teror penembakan KKB Papua.
Kepala Sekolah SMPN 1 Beoga, Junaedi Arung Sulele bersyukur karena selamat dari teror penembakan KKB Papua.
Selain itu, Kepala Sekolah SMPN 1 Beoga, Junaedi Arung Sulele juga mengungkapkan duka yang mendalam atas teman seperjuangannya menjadi korban penembakan KKB Papua.
Kepala Sekolah SMPN 1 Beoga, Junaedi Arung Sulele bercerita dalam acara pemakamkan kedua korban penembakan, yaitu Oktavianus Rayo dan Yonathan Renden.
Baca Juga: Kepala Sekolah SMPN 1 Beoga Selamat dari Teror Penembakan KKB , Begini Kesaksiannya
Baca Juga: Hadapi Potensi Bencana di Jateng, Ganjar Pranowo Lakukan Simulasi ini di Kebumen
"Sebelum ada kejadian, hingga kami semua turun, situasi sudah kembali kondusif sehingga kami memutuskan untuk kembali ke Beoga." Kepala Sekolah SMPN 1 Beoga.
Junaedi Arung Sulele mengungkapkan rasa syukurnya karena dapat lolos dari penembakan teror KKB.
"Saat penembakan saya tidak lihat orang, ketika bunyi tembakan saya lari ke arah kanan, Yonatan Renden yang berusia 28 tahun ke kiri," tandas Junaedi.
Dia menambahkan bahwa korban sudah terkena tembakan dua kali di dada, tapi masih sempat lari kemudian rubuh
"Kalau korban pertama, saya tidak di TKP, lokasi saya jauh dari situ.
Kata Kepala Sekolah itu, lokasi korban pertama ada di SMPN 1 Beoga.
"Korban itu guru SD Klemabeth, tetapi karena istrinya mengajar di SMP mereka tinggal di perumahan guru SMPN 1 Beoga," tutur Junaedi
Dia menambahkan, saat penembakan korban pertama, Oktovianus Rayo yang berusia 40 tahun sedang dikepung KKB.
"Selama ini situasi aman-aman saja, Aparat keamanan dari koramil, polsek dan satgas TNI-Polri selama ini memang sudah berjaga di Beoga." ucapnya
Pasca penembakan, situasi Boega saat ini masih siaga. Aparat TNI-POLRI berjaga disekitar kampung beoga.
"Informasi yang saya terima yang dibakar adalah perumahan guru dan 1 gedung sekolah SMA," tandas Junaedi.
Junaedi menuturkan bahwa selama ini, guru pendatang itu dekat dengan masyarakat asli Kabupaten Puncak.
"Kedua korban itu, imbuh Junaedi, merupakan guru kontrak," tutur Kepala Sekolah SMPN 1 Beoga.
Oktavianus sudah sepuluh tahun menjadi Guru kontrak. Sedangkan Yonathan baru dua tahun. Kedua korban ini sudah berkeluarga.
"Oktavianus bersama tinggal di Beoga, sedangkan Yonatan Anak istrinya di Toraja," imbuh Junaedi
Dia menjelaskan, total ada sebelas orang guru pendatang di Boega, sebagian mengungsi di Koramil.
Dijelaskan oleh Junaedi bahwa tidak banyak pendatang di wilayah Beoga. Hanya para guru saja.
"Informasi yang menyatakan Junaidi diculik tidak sepenuhnya benar. Saat terjadi penembakan, Junaedi bersembunyi dirumah warga," tandas Junaedi.
Dia menambahkan, ketika aparat TNI-POLRI yang mengevakuasi jenazah lewat didekat persembunyiannya, Junaidi keluar dan ikut mengamankan diri di koramil.
Itulah kisah Kepala SMPN 1 Beoga yang selamat dari teror penembakan KKB Papua.***