Berkat ketekunan serta kecerdasannya, ia kemudian menjadi seorang asisten guru.
Dengan semangat yang dimilikinya, ia memotivasi orang-orang tempat tinggal dan kaumnya untuk berani bermimpi besar.
Pada 1926, Rasuna Said diundang bergabung dengan Sarikat Rakyat.
Pada 1930, dia terlibat dalam penyelenggaraan Persatuan Muslim Indonesia (PERMI).
Organisasi tersebut terkenal dengan kritisnya terhadap praktik kolonialisme Belanda dan perlakuan tidak adil terhadap perempuan.
Di tahun 1931, Rasuna Said kemudian pindah ke Padang lalu meluncurkan divisi perempuan PERMI.
Ia berfokus untuk membuka sekolah sastra untuk perempuan di seluruh Sumatera Barat.
Di tahun 1932, Rasuna Said ditangkap akibat menentang kekuasaan Belanda.
Pada persidangannya di Payakumbuh, ribuan orang turt hadir di persidangannya.
Pidato pembelaannya pun mampu menginspirasi pendengarnya.