6 Keburukan Facebook Dibocorkan Mantan Karyawannya di Acara 60 Minutes

- 5 Oktober 2021, 08:00 WIB
6 Keburukan Facebook Dibocorkan Mantan Karyawannya di Acara 60 Minutes
6 Keburukan Facebook Dibocorkan Mantan Karyawannya di Acara 60 Minutes /Pixabay/Simon//

KENDALKU - Ada enam keburukan Facebook yang dibocorkan mantan karyawannya di acara 60 Minutes.

Seorang mantan karyawan di bagian data scientist membocorkan tentang keburukan media sosial Facebook di acara 60 Minutes.

Sejumlah keburukan Facebook itu dibocorkan mantan karyawannya, terkait manipulasi hingga bias politik dibeberkan dalam wawancara di 60 Minutes.
 
Baca Juga: Kartunis Kontroversial yang Menggambar Karikatur Nabi Muhammad, Lars Vilks Tewas Karena Kecelakaan

Frances Haugen adalah seorang mantan data scientist di Facebook yang memberanikan diri membocorkan enam keburukan perusahaan tersebut dalam acara 60 Minutes.

Ia bukan figur sembarangan, karena pernah bekerja selama 15 tahun untuk FacebookGoogle, serta Pinterest.

Sejumlah dokumen yang diperoleh pihak 60 Minutes dari sumber Kongres, menunjukkan adanya tanggapan sejumlah karyawan Facebook terhadap kerusuhan di Gedung Capitol pada 6 Januari 2021.

Juga ada perincian tentang pendekatan perusahaan Facebook terhadap konten yang bersifat menghasut.
 
Baca Juga: Apa yang Dilihat Teleskop Hubble Pada Saat Kalian Ulang Tahun? Temukan Disini

Frances Haugen diam-diam menyalin puluhan ribu halaman penelitian internal Facebook saat ia bekerja untuk perusahaan tersebut.

Ia lalu memberikan dokumen tersebut kepada Securities and Exchange Commission dan Kongres.

Frances mengklaim bahwa bukti menunjuk kepada Facebook yang berbohong tentang kemajuan signifikan untuk melawan konten kebencian dan kekerasan.

Berikut ini adalah rangkuman berisikan enam keburukan Facebook yang dibocorkan Frances saat diwawancarai Scott Pelley dalam 60 Minutes terbit 3 Oktober 2021, dikutip Kendalku dari laman CBS News.

1. Versi Facebook saat ini sesungguhnya menghancurkan tatanan sosial masyarakat

"Hal yang seringkali saya lihat di Facebook yakni konflik kepentingan antara apa yang baik untuk publik dan apa yang baik untuk Facebook," kata Haugen.

"Dan Facebook berulang kali, memilih mengoptimalkan untuk kepentingannya sendiri, seperti menghasilkan lebih banyak uang," lanjutnya.

2. Facebook membubarkan departemen yang berfokus pada misinformasi dan pemilu, setelah pemungutan suara tahun 2020 lalu

Frances mengatakan bahwa beberapa minggu setelah Pemilu 2020, Facebook membubarkan sebuah departemen bernama "Civic Integrity" yang menangani risiko pemilu termasuk misinformasi atau hoaks.

Ia menirukan sebuah kalimat dari pihak Facebook yang intinya berbunyi:

"Oh bagus, kita berhasil melewati pemilu. Tidak ada kerusuhan. Kita bisa menyingkirkan Civic Integrity sekarang."

Kerusuhan di Gedung Capitol terjadi pada 8 Januari 2021. Saat Facebook membubarkan Civic Integrity, Frances merasa seperti:

"Saya tidak percaya bahwa mereka bersungguh-sungguh menginvestasikan apa yang perlu diinvestasikan untuk menjaga agar Facebook tidak berbahaya."

3. Facebook membujuk para penerbit untuk memposting konten yang menghasut

Frances mengatakan bahwa algoritma Facebook mengoptimalkan konten yang menghasilkan keterikatan dengan audiens.

Menurutnya, hal itu menuntun para penerbit menyadari bahwa mereka bisa menghasilkan lebih banyak konten provokatif.

Konten yang mengakibatkan kemarahan, mengadu domba, serta menimbulkan polarisasi, akan mendapatkan lebih banyak penayangan di Facebook.

"Facebook menyadari jika mereka mengubah algoritma menjadi lebih aman, peluang audiens untuk hadir  lebih kecil, begitu pula untuk klik iklan, karena menghasilkan lebih sedikit uang," ujar Frances.

4. Para karyawan Facebook mengamuk tentang kepemimpinan, setelah serangan pada 6 Januari 2021 di Gedung Capitol

Setelah Pemilu 2020, Facebook digunakan oleh beberapa pihak untuk koordinasi serangan yang menyebabkan kerusuhan 6 Januari di Gedung Capitol.

Jaksa Federal telah mengutip sejumlah postingan Facebook sebagai biang kerusuhan.

Setelah serangan itu, banyak karyawan Facebook mengamuk di papan pesan internal.

Frances mencontohkan kutipan salah satu karyawan Facebook yang menulis:

"...apakah kita tidak punya cukup waktu untuk memikirkan bagaimana mengelola wacana tanpa menimbulkan kekerasan?"

5. Sejumlah partai politik di Eropa mengeluhkan Facebook yang memaksa mereka untuk mengambil posisi kebijakan yang lebih ekstrim

Frances setelah meninjau laporan internal tahun 2019, mengatakan bahwa sejumlah partai politik besar di Eropa, cenderung negatif dalam komunikasi melalui Facebook.

Mereka meyakini bahwa perubahan algoritma memaksa mereka menuju posisi kebijakan yang lebih ekstrim.

"Anda memaksa kami untuk mengambil posisi yang tidak kami sukai, yang kami tahu buruk bagi masyarakat," kata Frances, mengutip apa yang dikatakan partai politik kepada peneliti Facebook dalam laporan tersebut.

"Kami tahu jika kami tidak mengambil posisi itu, kami tidak akan menang di pasar media sosial," lanjutnya.

6. Penelitian Facebook menunjukkan bahwa Instagram lebih buruk bagi remaja daripada media sosial lainnya

Frances mengatakan bahwa bahaya Facebook, sudah merambah ke aplikasi Instagram.

Studi internal yang dirujuk Frances menjelaskan bahwa Instagram mengakibatkan 13,5 persen gadis remaja memikirkan untuk bunuh diri.

Sedangkan 17 persen gadis remaja menyatakan dalam penelitian, bahwa Instagram memperburuk gangguan makan.

"Ketika para wanita muda ini mulai mengkonsumsi konten gangguan makan ini, mereka menjadi semakin tertekan," ucap Frances.

"Hal itu sungguh membuat mereka lebih sering menggunakan aplikasi. Jadi, mereka berakhir dalam siklus umpan balik, dimana mereka semakin membenci tubuh mereka," lanjutnya.

Sementara pihak Facebook melalui Presiden untuk Kebijakan dan Urusan Global, Nick Clegg menyangkal hal tersebut.

"Saya pikir pernyataan 6 Januari dapat dijelaskan karena media sosial, saya hanya berpikir itu menggelikan," kata Clegg dikutip Kendalku dari laman Aljazeera.

Demikian enam keburukan Facebook yang dibocorkan mantan karyawannya di acara 60 Minutes.***

Editor: Fahmi Syaiful Akbar

Sumber: Aljazeera CBS News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x